Q & A AD-DIN 13: Menilai Orang Lain Menurut Islam
Question: bagaimanakah pandangan islam tentang menilai orang lain dan apa hukum nya jika melaksanakan nya?
Answer: kita sebagai manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa, tidak satupun manusia di muaka bumi ini yang suci tanpa pernah melakukan kesalahan
Sebagaimana hadis Rasulullah SAW:
كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ (رواه الترميذي)
Artinya: Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat (HR. At-Tirmidzi).
Namun, bukan berarti manusia berhak seenaknya melakukan kesalahan, dan tidak boleh pesimis terhadap takdir Tuhan. Karena rahmat Allah begitu besarnya dan di balik kesalahan manusia selalu ada hikmahnya. Kesalahan tersebut terjadi karena kelalaian atau kesengajaan. Karena terkadang orang harus mengetahui terlebih dahulu arti kesalahan sebelum dapat memahami arti kebenaran. Seperti halnya mengalami kesedihan untuk merasakan arti kebahagiaan, mengalami kesakitan untuk merasakan arti Kesehatan kita juga tebntunya sebagai manusia memiliki kesalahan dan sama seperti kita manusia lain pun juga memiliki kesempatan salah dan memohon ampun atas kesalahan nya kepada Allah SWT. Sejauh ini tidak ada hadis yang menerangkan hukum daripada menilai orang lain namun dari segi etika atau adab sebaiknya perilaku semacam ini dihindari karena dapat mengganggu dan menimblkan sikap suuzon yang pada akhirnya dapat menjadi fitnah apa bila tidak sesuai dengan kenyataan nya.
Islam juga senantiasa mengajarkan umatnya agar tidak merasa diri paling benar, paling bersih. Pihak lain dianggap salah dan kotor. Allah mengingatkan umat beriman, “Apakah kami tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.” (QS An-Nisa/4: 49). Sementara Nabi dalam hadis dari Abu Hurairah, baginda berkata, “Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (HR. Bukhari).
Yang mana hadis ini menerangkan bahwa terkadang kita sebagai manusia sangatlah mampu melihat dan membaca kejelekan atau kesalahan saudara(i) kita tanpa mampu membaca dan melihat kesalahan diri kita sendiri yang ternyata jauh lebih besar dari pada milik saudara(i) kita. Kita harusnya mampu mereflesikan dan bermuhasabah diri atas kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Alih-alih menilai dan menggunjing kesalahan sesame kita, biarlah kesalahan dan ke khilafan saudara(i) kita menjadi bahan penilaian Allah SWT. Kita sebagai sesamanya hanya bisa bantu mendoakan saudara(i) kita agar dapat Kembali kejalan yang baik yang diridhoi Allah SWT.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow